Dr Snouck Hurgronje Alias Abdul Gafar, Membantu Belanda Menaklukan Aceh

Snouck Hurgronje Alias Abdul Gafar

Snouck Hurgronje (1857-1936) adalah seorang sarjana Belanda yang memiliki minat yang mendalam dalam studi tentang Islam. Ia adalah seorang orientalis terkemuka pada masanya dan menjadi salah satu tokoh kunci dalam hubungan Belanda dengan Indonesia pada masa penjajahan. Meskipun ia pernah mengkritik kolonialisme Belanda di Indonesia, tetapi ia juga membantu Belanda untuk menaklukkan Aceh pada tahun 1873.

Hurgronje dilahirkan di Oosterhout, Belanda pada 8 Februari 1857. Ayahnya, Johannes Hurgronje, adalah seorang pastor yang aktif dalam gerakan kebangunan agama di Belanda pada abad ke-19. Hurgronje belajar di Universitas Leiden dan mempelajari bahasa Arab dan bahasa Melayu. Setelah menyelesaikan studinya, ia melakukan perjalanan ke Mekkah dan menetap di sana selama tiga tahun (1884-1888). Selama di Mekkah, Hurgronje mempelajari Islam dengan mendalam dan menjadi salah satu ahli di bidang ini.

Setelah kembali dari Mekkah, Hurgronje menulis sebuah buku berjudul “Mekka: Sejarah, dan Catatan Perjalanan” yang dipublikasikan pada tahun 1888. Buku ini sangat berpengaruh dan diakui sebagai salah satu karya terbaik Hurgronje. Selain itu, ia juga menulis banyak artikel tentang Islam dan peradaban Timur di jurnal-jurnal Belanda dan internasional.

Pada tahun 1890, Hurgronje menjadi guru besar Ilmu Agama Islam di Universitas Leiden. Selama bertahun-tahun, ia mengajar banyak siswa yang kemudian menjadi orientalis terkenal, seperti C. Snouck Hurgronje, J.C. Hooykaas, dan H.A.R. Gibb. Selama masa jabatannya di Universitas Leiden, Hurgronje juga menjadi anggota Dewan Hindia Belanda, badan pemerintah yang bertanggung jawab atas pemerintahan Hindia Belanda (sekarang Indonesia).

Hurgronje terkenal karena pendekatannya yang praktis dan realistis terhadap Islam. Ia percaya bahwa studi tentang Islam harus didasarkan pada fakta-fakta dan pengamatan langsung, bukan pada pandangan-pandangan teoritis dan spekulatif. Pendekatan Hurgronje ini sangat berguna bagi Belanda dalam menghadapi tantangan politik dan sosial di Indonesia.

Salah satu karya terkenal Hurgronje adalah buku berjudul “De Atjehers” (Orang Aceh) yang diterbitkan pada tahun 1893. Buku ini sangat penting karena Aceh adalah salah satu wilayah terakhir di Indonesia yang masih berjuang melawan Belanda pada masa itu. Dalam buku ini, Hurgronje menggambarkan kehidupan dan budaya orang Aceh serta sejarah perjuangan mereka melawan penjajah Belanda. Buku ini menjadi sumber informasi penting bagi pemerintah Belanda dalam menghadapi Aceh.

Meskipun Hurgronje membantu Belanda dalam menaklukkan Aceh pada tahun 1873, ia kemudian menjadi kritikus yang tajam terhadap tindakan penjajahan Belanda di Indonesia. Ia mengkritik kebijakan penjajahan yang brutal dan tidak adil serta mengecam kebijakan Belanda dalam melakukan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia. Kritiknya ini terutama terfokus pada praktik-praktik keagamaan dan budaya yang dianggap tidak pantas oleh pihak Belanda, seperti kegiatan pernikahan, penguburan, dan pemotongan rambut yang dianggap sebagai tradisi keagamaan yang primitif.

Pada akhir hayatnya, Hurgronje berusaha untuk memperbaiki hubungan antara Belanda dan Indonesia dengan menekankan pentingnya penghormatan terhadap budaya dan agama masyarakat Indonesia. Ia juga mendukung gerakan nasionalisme Indonesia dan menganggap bahwa Indonesia harus diberi kemerdekaan.

Hurgronje meninggal pada tanggal 26 Juni 1936 di Leiden, Belanda. Warisan intelektualnya dalam studi tentang Islam dan Indonesia tetap diakui hingga saat ini. Pendekatan Hurgronje yang realistis dan praktis dalam menghadapi masalah sosial dan politik di Indonesia terus diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi banyak peneliti dan ahli di bidang ini. Karya-karyanya, seperti “Mekka: Sejarah, dan Catatan Perjalanan” dan “De Atjehers,” tetap menjadi sumber informasi yang penting bagi studi tentang sejarah dan budaya Indonesia. Selain itu, pandangannya tentang pentingnya menghormati budaya dan agama masyarakat Indonesia juga masih relevan dalam upaya membangun hubungan yang lebih baik antara Belanda dan Indonesia di masa kini.

Selain karyanya di bidang studi Islam dan Indonesia, Hurgronje juga memiliki kontribusi dalam studi tentang agama-agama lain, seperti Kristen dan Hindu. Ia pernah mengunjungi India pada tahun 1891 dan meneliti agama Hindu di sana. Hasil penelitiannya ini kemudian diterbitkan dalam buku berjudul “Hindu Mores” pada tahun 1906.

Pendekatan Hurgronje dalam studi tentang agama-agama ini tetap relevan hingga saat ini karena ia menekankan pentingnya memahami agama dan budaya masyarakat setempat dalam membangun hubungan yang harmonis dan saling menghormati. Hal ini juga menjadi inspirasi bagi banyak studi agama dan studi antarbudaya yang dilakukan saat ini.

Selain itu, Hurgronje juga memiliki peran penting dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Ia mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak pribumi di Leiden pada tahun 1899 yang kemudian menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) pada tahun 1920. Sekolah ini menjadi tempat bagi banyak sarjana dan tokoh Islam Indonesia untuk belajar dan berkembang.

Meskipun Hurgronje pernah mendukung tindakan kolonialisme Belanda di Indonesia, namun ia juga menyadari adanya kekurangan dan kelemahan dalam sistem kolonialisme tersebut. Kritik dan pendekatannya yang realistis dalam studi tentang Islam dan Indonesia kemudian membuka jalan bagi pemikiran kritis terhadap kolonialisme dan membantu memperbaiki hubungan antara Belanda dan Indonesia.

Dalam kesimpulannya, Snouck Hurgronje adalah seorang orientalis terkemuka yang memiliki kontribusi penting dalam studi tentang Islam dan Indonesia. Pendekatannya yang realistis dan praktis dalam menghadapi masalah sosial dan politik di Indonesia tetap relevan hingga saat ini. Karyanya juga membuka jalan bagi pemikiran kritis terhadap kolonialisme dan membantu memperbaiki hubungan antara Belanda dan Indonesia. Warisan intelektualnya tetap diakui dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak peneliti dan ahli di bidang ini.

Check Also

Peluksi Basuki Abdullah

Biografi Singkat Basuki Abdullah Pelukis Legendaris Indonesia

Basuki Abdullah (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 27 Januari 1915 – meninggal di Jakarta, 5 …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *